2010-11-05

Memberi---Menerima (Capoeira-Sebuah Filosofi)

"a volta que o mundo deu, a volta que mundo da", sebuah ungkapan dalam bahasa portugis yang bermakna bahwa apa yang aku berikan kepada dunia, maka aku akan menerimanya kembali. Dalam istilah lain ada yang menyebutnya sebagai KARMA: " Sesuai dengan benih yang ditanam, itulah buah yang akan Anda peroleh. Pelaku kebaikan akan mengumpulkan kebaikan. Pelaku keburukan, memperoleh keburukan. Jika Anda menanamkan benih yang baik, maka Anda menikmati buah yang baik."

Ungkapan di atas berlaku berdasarkan hukum sebab-akibat, sebuah hukum alam yang tampaknya sederhana namun bisa dijadikan pedoman dalam berinteraksi, dengan sesama manusia maupun alam tempat kita bernaung. Barangkali saja kita yang saat ini tengah dihadapkan pada berbagai bencana alam, banjir, gunung meletus, tsunami, dll blum menyadari bahwa prinsip ini berlaku, apa yang sedang kita pikirkan? Dalam pedoman hidup saya mengatakan: "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Ar-Ruum (31): 41). Dikatakan bahwa bencana itu adalah sebagian dari balasan atas tangan-tangan manusia yang perusak, maka mereka pun akan menerima kerusakan yang nyata sebagai balasan. Seperti itulah hukum sebab-akibat berlaku dalam kehidupan kita, oleh karena itu dianjurkan untuk kita selalu berhati-hati dalam bertindak, karna apa yang kita berikan maka kita akan mendapatkannya kembali. Hidup itu seperti halnya BERCERMIN.

Cuplikan di atas adalah sedikit pengantar yang ingin saya bagikan kepada teman-teman saya Capoeirista (praktisi capoeira) di mana saja mereka tumbuh dan berkembang. Barangkali masih ada yang belum atau tidak sama sekali tahu ataupun tahu tapi blum benar-benar memahami dan menerapkannya dalam hidupnya sebagai capoeirista bahwa kita tidak hanya berlatih gerakan-gerakan yang memukau itu maupun bernyanyi dan memainkan musik khas capoeira, tetapi kita juga belajar filosofi. Hal ini yang terkadang masih kita lupakan, karena terlalu fokus pada mempelajari gerakan yang macem-macem menjadikan kita lupa mempelajari sisi lainnya dari capoeira. Secara fisikly, pada umumnya kita yang belajar capoeira bisa saja sama kemampuannya, bisa melakukan gerakan yang macem-macem, namun filosofi itu menyentuh jiwa, emosional, dan pola pikir kita yang masing-masing berbeda secara mendasar. Maka dari itu, saya mengajak kepada teman-teman capoeirista meluangkan sedikit waktu untuk memahami bagaimana filosofi capoeira berlaku dalam hidup dan kehidupan kita.

Kembali pada ungkapan di awal: "a volta que o mundo deu, a volta que mundo da", seorang capoeirista harus benar-benar paham dengan ungkapan ini. Dalam suatu permainan capoeira (jogo de capoeira), kita memiliki peluang yang sangat besar untuk menyerang, melukai, menciderai, atau apapun namanya yang mencelakakan pasangan jogo kita (saya lebih suka menyebutnya pasangan daripada lawan). Namanya PERMAINAN sepatutnya yang ada hanyalah ada permainan, walaupun kadang-kadang kita juga saling menguji kemampuan dalam hal melatih refleks dan kewaspadaan pasangan jogo kita. Seorang capoeirista yang bermain di roda dan tidak memahami filosofi di atas, maka kesempatan besar mencelakakan pasangan jogo itu menjadi terealisasi. Dalam setiap permainan ia selalu saja berniat untuk memberikan serangan fisik kepada pasangan bermainnya, mungkin saja ia merasa hebat dan senang klo bisa menjatuhkan sang pasangan jogo.

Sebagai contoh: dua orang capoeirista masuk dalam roda dan bermain capoeira, dan mungkin ada banyak orang (camara) yang menonton. Salah seorang dari jogador dengan sengaja mengarahkan tendangan ke wajah jogador lainnya dan berhasil mendaratkan tendangannya tepat di wajah. Apa yang ada dalam pikiran kita saat itu? Apakah kita masih berpikir ini adalah sebuah permainan? Apakah jogo de capoeira di hadapan kita saat itu bisa dikatakan SEHAT? Apa yang akan anda lakukan jika jogador yang terkena tendangan di wajah itu adalah anda sendiri? Mungkin saat itu juga kita berhenti dari permainan dan sebaiknya memang berhenti karena tidak sehat lagi, atau mungkin permainan dilanjutkan kembali dengan kondisi ego anda tersakiti. Apakah anda yakin anda tidak berniat memberikan tendangan serupa ke wajah jogador ngawur itu?

Kita kembali fokus pada jogador yang mengirim tendangan ke arah wajah tadi. Setelah anda berhasil mendaratkan tendangan ke wajah pasangan jogo, semestinya anda sadar bahwa akan ada konsekuensi yang akan diterima. Jika jogador yang anda ciderai itu adalah seorang beginner, maka ia akan merasa terintimidasi oleh tindakan anda, dan hasilnya barangkali ia tidak ingin lagi bermain dengan anda dalam roda ataupun membangun sebuah hubungan baik dengan anda. Kemudian anda juga harus sadar bahwa di luar sana, capoeirista bukan hanya satu, bukan hanya teman-teman grup anda yang notabene adalah wilayah aman anda, tapi anda akan bertemu dengan berbagai capoeirista dengan karakter masing-masing yang anda tidak pahami. Saat anda mendaratkan tendangan ke wajah jogador lainnya, apakah anda pernah mengira kalo di luar sana ada capoeirista yang melihat tindakanmu dan mereka berpikir bahwa anda adalah jogador yang ngawur dan buruk, dan mereka berharap memiliki kesempatan untuk bermain dengan anda dalam roda untuk sedikit memberikan anda 'pelajaran'?

Mungkin kita sering melihat video/clip capoeira, dalam video itu bagaimana para mestre sering melakukan gerakan 'menyerang fisik' ke pasangan jogonya saat itu. Begitu juga saat melihat jogo de capoeira secara langsung, dan melihat bahwa senior-senior kita yang sudah berpengalaman mendalami capoeira melakukan hal yang sama yaitu menyerang fisik. Hati-hati menerjemahkan apa yang kita liat itu! Kita tidak sedang diajarkan untuk melakukan serangan fisik. Satu hal yang harus kita pahami bahwa mereka (senior-senior yang berpengalaman terutama lagi seorang mestre) sudah tahu apa yang mereka lakukan. Mereka sudah terlatih untuk mengarahkan, mengontrol, dan membuat serangan yang aman. Apa yang mereka lakukan adalah mengajarkan kepada kita tentang kewaspadaan bahwa serangan itu bisa datang kapan saja dari arah dan waktu yang tidak disangka-sangka, kita juga diajarkan untuk melatih refleks, sehingga dengan cepat membuat keputusan untuk melakukan gerakan selanjutnya. Saat seorang mestre atau senior berpengalaman yang menyerang kita dan mungkin serangan itu berhasil diterima oleh bagian manapun badan kita, itu adalah kekeliruan kita sendiri, artinya kita blum cukup awas terhadap serangan yang datang, refleks kita blum terlatih dengan baik, dsb. "Quem nao pode com mandinga, nao carrega patua", jika kamu tidak dapat mengendalikan sihir, maka jangan menggunakan jimat. Dalam bahasa keseharian kita sering menjumpai kalimat seperti ini, jangan bermain api kalo kamu tidak dapat mengendalikannya, api itu akan membakarmu.

Dari contoh di atas, apa yang dapat kita pahami? Hukum sebab-akibat mungkin saja berlaku, saat kita memposisikan diri sebagai penyebab suatu tindakan maka otomatis kita akan berhadapan dengan akibat dari tindakan itu. Jadi perlakukan orang lain seperti halnya kamu ingin diperlakukan, tamparlah wajah kamu sendiri, rasanya bagaimana? sakit? Maka jangan menampar orang lain. Demikian bagaimana cara kita membangun sebuah interaksi yang sehat, saling mendukung dan membangun hubungan yang baik dengan orang lain, dengan alam sekitar kita, dengan orangtua, dengan masyarakat, sesama capoeirista dari berbagai grupo yang berbeda.



Ie viva meu deus..
Ie Viva meu mestre..
Thanks for all capoeiristas in arround the world
Terimakasih buat para Petinggi Cordao de Ouro Indonesia : Osso, Giro, Encaracolado, dan Cantor
Makasih buat Rangers CDO Semarang : Indio, Chocolove, Mario, dan Edwin
Makasih buat sahabat-sahabat saya di Quantum Motivation Center (QMC) : Pariman Siregar (Penulis buku Master from Minder) & Wahyu Septiarki W (Trainer QMC).

Tidak ada komentar: