2011-02-24

Racun yang membunuh kehidupan

Seperti biasa seorang pemuda desa melakukan pekerjaannya mengumpulkan kayu bakar di hutan untuk kemudian di jual dan hasilnya digunakan untuk membeli keperluan hidup sehari-hari. Pagi itu ia menuju hutan untuk mencari kayu bakar. Dalam perjalanannya, saat melewati semak-semak, pemuda tersebut mengalami musibah, ia dipatok oleh seeokor ular tepat di betis kanannya. Ia menjerit kesakitan dan terjatuh, sementara ular tersebut segera meninggalkan tempat itu masuk ke hutan. Pemuda desa tersebut mengumpat dan mengungkapkan kemarahannya pada ular yang telah mematoknya seraya ia bergegas mengikuti ular yang sudah masuk ke hutan. Si pemuda itu terus mengejar sambil berteriak kalau ia akan membunuh ular tersebut. Namun, tidak seberapa jauh melakukan pengejaran, si pemuda itu jatuh tersungkur dan tampak seluruh badannya membiru. Ia keringatan, kedinginan, dan tak sanggup lagi mengeluarkan kata-kata, hingga akhirnya menghembuskan nafasnya karena bisa ular tersebut telah meracuni peredaran darahnya.


Cerita di atas hanyalah sebuah ilustrasi yang saya hadirkan untuk lebih mudah memahami bagaimana penyakit hati seperti kemarahan, dendam, kebencian atau rasa permusuhan mencemari hati dan pikiran manusia, dan menjadi penghalang seseorang mendapatkan kebahagiaan hidupnya. Tulisan ini secara khusus saya tujukan untuk diri saya pribadi sebagai reminder atau bahan introspeksi diri. Disamping itu semoga juga bermanfaat bagi para pembaca.

Penyakit hati itu ibarat bisa ular

Dalam hidup ini kita pasti akan selalu dihadapkan pada berbagai karakteristik manusia, kita bergaul bersama orang-orang yang berbeda sikap, motivasi, karakter, dan cara berpikir. Pada saat tertentu mungkin kita akan menjumpai seseorang yang menyebalkan, hobinya mengganggu dan menyakiti orang disekitarnya termasuk kita, kata-katanya selalu berupa penghinaan dan umpatan dengan penuh kesombongan. Tanpa ada pemicu dari kita pun mereka bisa saja langsung menyerang kita layaknya seekor ular pada cerita di atas. Lalu apa yang harus dilakukan dalam situasi ini?


Apa yang terjadi saat pemuda dalam cerita di atas tidak segera mencari pertolongan untuk mengeluarkan bisa ular tetapi malah berusaha mengejar si ular dan bernafsu untuk membunuhnya sebagai upaya balas dendam? Pada ahirnya pemuda itu mati. Iya...MATI!!! karena bisa ular itu telah menjalar ke seluruh pembuluh darahnya akibat terlalu banyak bergerak (mengejar) dan tidak segera mengeluarkan bisa itu. Demikian juga dengan penyakit hati, kemarahan, dendam, kebencian, dan rasa permusuhan akan menggerogoti kehidupan manusia jika terus dipelihara, bukan berusaha membersihkan hati tetapi malah sibuk mencari-cari kesalahan orang lain, mengejar orang yang telah menyakitinya untuk balas dendam.

Manusia seperti itu pada ahirnya akan bernasib sama dengan pemuda dalam cerita di atas, ia akan mati oleh penyakit yang dipeliharanya. Ia boleh saja masih bernapas, menyaksikan dunia, tetapi pada hakikatnya ia telah mati dalam kehidupan ini karena kebahagiaan hidup yang menjadi tujuan setiap manusia yang berpikir dan berperasaan positif tidak akan pernah dicapainya.

Bersihkan hati

Layaknya sebuah perang, orang lain menciptakan pedang, panah, tombak untuk kemudian digunakan untuk menyerang kita, mengarahkan senjata-senjata berbahaya itu ke arah kita, itulah tugas mereka. Tetapi kita juga memiliki tugas untuk menciptakan perisai-perisai dari baja yang paling kuat yang tidak bisa ditembus oleh senjata apapun. Tugas lainnya adalah terus melatih diri untuk bisa menghindar dari segala serangan senjata musuh, dan kemampuan mengumpulkan senjata lawan tersebut menjadi kekuatan baru yang dapat digunakan.

Kita tidak bisa melarang orang lain berbuat keburukan, tetapi kita bisa membekali diri agar tidak tercemari oleh keburukan orang lain itu. Kita tidak bisa menutup mulut orang lain, tetapi kita bisa menutup telinga kita. Orang lain bisa memancarkan hal-hal negatif, tetapi kita juga bisa terus memancarkan hal-hal yang positif bahkan kita bisa merubah hal negatif tersebut menjadi positif.

Teruslah melatih diri, bebaskan hati dari setan-setan penghasut, sibukkanlah hati dan pikiran kita untuk diri sendiri daripada sibuk untuk mencari-cari kesalahan orang lain, membicarakan orang lain, dan mengurusi apa yang menjadi tugas orang lain. Hati yang bersih pada ahirnya akan membimbing dan mengarahkan kita pada tujuan hidup yang wajib kita raih yaitu kebahagian sejati.

2011-01-14

PUJIAN YANG MENGUATKAN...

“Hari ini berapa kali teman-teman memberikan pujian kepada orang lain?”

“Hari ini berapa kali teman-teman mendapatkan pujian dari orang lain?”

“Tuluskah pujian yang teman-teman berikan itu?”

“Siapkah teman-teman menerima pujian itu sebagai sesuatu yang layak kalian terima?”



Pujian atau dalam arti lain disebut juga sebagai penghargaan atas sesuatu yang melekat pada diri pribadi seperti prestasi, kesuksesan, kreativitas, dsb. Pujian sangatlah sederhana namun terkadang sering diabaikan. Dari kesederhanaannya, pujian menyimpan energi yang sangat besar yang bisa merubah kehidupan seseorang dalam waktu yang singkat saja, merubah kehidupan yang biasa menjadi luar biasa, merubah kelelahan mental menjadi semangat yang luar biasa, dan merubah energi negatif dalam diri menjadi energi positif.

Coba bayangkan, sewaktu kita masa kanak-kanak, apakah orangtua kita lebih banyak meberikan pujian atau lebih banyak kritik?

Kesediaan memberikan pujian dan kesiapan menerima pujian banyak dipengaruhi oleh pengasuhan orangtua semasa kanak-kanak. Banyak orangtua yang meyakini bahwa terlalu banyak pujian akan menghasilkan anak yang manja. Tetapi untuk setiap anak yang menjadi manja karena terlalu banyak pujian, maka ada 10.000 anak berantakan karena kurangnya pujian. Cukup banyak orantua yang memberikan 10 kritik untuk satu pujian, perbandingan ini seharusnya dibalik.

Seorang anak yang berkecukupan mendapat pujian dari orangtuanya akan belajar menjadikan dirinya bersedia memberikan pujian kepada orang lain sepanjang hidupnya. Disamping itu juga memiliki kesiapan untuk menerima pujian, karena tidak sedikit ternyata banyak orang yang tidak siap menerima pujian. Sudah pasti bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak pernah mendapatkan pujian di awal-awal kehidupannya.

Orangtua yang tidak membiasakan memuji anaknya dan malah lebih banyak mengkritik, akan melahirkan anak-anak yang tumbuh dewasa dengan perasaan tidak berharga. Mereka merasa tidak layak menerima hal-hal yang baik dan akhirnya berkata bahwa mereka sulit percaya pujian itu tulus atau pantas mereka terima.

Jadi, mulailah dari sekarang, kita membiasakan diri untuk bersedia memberikan pujian yang tulus kepada orang lain. Berikan pujian PADA SAAT YANG TEPAT, jangan menunggu sampai ada sesuatu yang luar biasa.

Berikan pujian yang tulus kepada anak-anak kita, teman dekat, pacar, suami, istri, orangtua, guru, murid, dan setiap orang yang ada di sekitar kita, karena segala energi positif yang kita pancarkan pada orang lain, akan memberikan efek percaya diri yang luar biasa pada orang itu dan semakin melihat segala sesuatunya dengan positif, semakin merasakan energi positif itu berlipat ganda dalam dirinya.

Karena pujian yang kamu berikan kepada orang lain akan menguatkan mentalnya, mengangkat motivasinya, dan merubah hidupnya menjadi lebih baik

OLAHLAH EMOSI...

Hari itu di depan asrama teman-teman mahasiswa di kendari tepatnya di lorong bintang kampus baru melintas seseorang dengan mengendarai motor. Orang itu berperawakan tinggi, berisi, namun sedikit lunglai, mungkin ia sedang mabuk. Saya bersama teman sedang duduk-duduk di kursi depan asrama yang juga tepat di pinggir jalan. Tepat posisi motor di depan kami, si pengendara motor entah sengaja atau tidak (sepertinya sih sengaja..hehe) mengeraskan bunyi motornya sampai melengking hebat. Tidak cukup itu saja, ia berhenti kurang lebih lima meter dari kami duduk dan dengan agak angkuhnya berkata, “saya mencari yang tersinggung di lorong bintang ini..kalo ada yang tersinggung hadapi saya!!” (sesekali matanya tertuju pada kami). Saya hanya bilang ke teman saya, “kita santai saja, biarin saja...yang penting gak nyenggol fisik”. Selanjutnya si pencari orang yang tersinggung kembali melintas balik dengan suara motornya yang tetap melengking dan berhenti lagi di depan lorong, tampak ia bercakap-cakap dengan seseorang.

Rupanya teman saya ini terpancing, ia mengambil motor RX King-nya yang juga suaranya gak kalah nyaring dan segera saja melesat menuju depan lorong. Tidak lama teman saya ini kembali dengan wajah yang agak memerah dan bilang, “duh saya ditahan ma orang tadi di depan lorong...saya disebut binatang, hewan, saya dimaki-maki..ndak terima saya begitu..”


apa yang ingin saya ulas dari potongan cerita di atas?

Kita akan berbicara tentang mengelola emosi. Kalimat kunci yang ingin saya bagikan adalah jangan biarkan orang lain mengatur emosi anda!!

Orang lain siapapun mereka boleh saja memaki-maki kita tapi kita juga boleh untuk tetap tersenyum :)
Orang lain boleh menghina kita dengan kata hinaan apapun tapi kita juga boleh untuk tetap memaafkan
Orang lain boleh marah-marah tanpa alasan jelas kepada kita tapi kita juga boleh untuk tetap menjadi orang yang sabar.

Pesan saya pada teman saya waktu itu adalah “orang itu tidak mengenal pribadi kita sehingga ia tidak punya alasan untuk mengatakan kita ini hewanlah, binatanglah, kurang ajarlah..terkadang apa yang diucapkan orang lain kepada kita, bukanlah gambaran kita tetapi gambaran orang itu sendiri. Kenapa tersinggung? Orang yang belum pernah kenal dengan kita tiba-tiba menghina kita dengan kata-kata kotor, membentak-bentak kita, dsb..bukankah sebenarnya ia ingin menampilkan dirinya bahwa apa yang diucapkannya adalah gambaran dirinya sendiri?”

jadi, apapun yang dilakukan orang lain pada kita, kita boleh untuk tetap rendah hati, kita boleh untuk tetap bijaksana.
Semoga kita menjadi orang yang terlatih dalam mengolah emosi :)

Saat anda yang mengatur emosi anda sendiri, anda sudah menjadi pemenang di kehidupan ini!!!

2010-11-08

Berdiri & Berjalan dengan Tangan (Capoeira-Sebuah Filosofi)

Tulisan ini adalah tulisan kedua tentang Capoeira-sebuah filosofi yang akan mengajak teman-teman capoeirista untuk berbagi pengalaman, pengetahuan, dan perenungan, bahwa setiap gerakan yang kita pelajari memiliki makna yang dapat kita terapkan dalam kehidupan kita sebagai capoeirista sejati. Saya rasa, kita semua bersepakat bahwa tujuan kita berlatih capoeira adalah menjadi capoeirista sejati sebagai rasa tertinggi. Kali ini saya mencoba berbagi pemaknaan pada gerakan berdiri dan berjalan dengan tangan.

Dalam sesi latihan capoeira, berjalan dengan tangan merupakan aktifitas yang tidak asing lagi, suatu gerakan yang jarang dijumpai dalam seni beladiri manapun. Gerakan capoeira memang sangat banyak menitikberatkan kekuatan tangan sebagai tumpuan. Untuk bisa melakukan gerakan ini dengan baik, seorang capoeirista terlebih dahulu dilatih untuk bisa melakukan handstand (berdiri tangan). Handstand ini diperlukan untuk melatih kekuatan tangan dan keseimbangan untuk memudahkan saat melakukan gerakan-gerakan yang lain seperti Au (carthwell).

Berlatih handstand sampai akhirnya bisa berjalan dengan tangan akan menguatkan tubuh bagian atas terutama bagian lengan. Bagi capoeirista yang baru mengawali latian handstand maupun berjalan dengan tangan, akan merasakan beban berat badannya dan tidak adanya keseimbangan. Seiring latihan yang terus–menerus, gerakan ini bisa dilakukan oleh siapa saja, namun demikian ada yang prosesnya cepat dan ada juga yang cukup lama.

Apa yang bisa dimaknai dari gerakan ini?

BERJALAN...
Saat mendengar kata itu yang pertama terlintas di bayangan kita adalah sebuah aktifitas yang dilakukan dengan kaki, karena fungsi kaki memang untuk berjalan. Kaki dan lebih dasar lagi telapak kaki adalah bagian paling bawah dari struktur anatomi tubuh kita. Jika kaki kita mengalami luka atau lecet atau terkilir sedikit saja, akan memberikan efek yang cukup buruk bagi tubuh kita yang ditopangnya misalnya, jalan kita menjadi tidak seimbang, apalagi sampai pada cidera parah bahkan pada kondisi tertentu yang mengharuskan kita untuk rela kehilangannya, pasti akan membuat kita sulit untuk melakukan aktifitas fisik karena pergerakan yang menjadi terbatas.

Tangan yang merupakan salah satu bagian penting dari anatomi tubuh manusia memiliki fungsi yang sangat kompleks. Tangan membantu kita untuk melakukan pekerjaan sehari-hari, mengaduk teh, memotong sayuran, membuka buku, mengetik, menulis, menggerakan mouse pada komputer anda atau tombol hp saat membaca tulisan ini, dan sebagainya. Secara anatomis tangan adalah anggota badan dari siku sampai ke ujung jari atau dari pergelangan sampai ujung jari. Tangan dalam arti lain adalah kekuasaan, pengaruh, dan perintah. Dalam suasana gaduh misalnya, kita perhatikan bagaimana seorang Raja yang hanya dengan mengangkat tangannya bisa membuat suasana hening seketika, hanya dengan mengangkat jari telunjuknya maka rakyatnya paham bahwa ada hal yang harus mereka kerjakan. Sungguh sangat luar biasa fungsi tangan kita.

Kembali pada gerakan latihan berdiri dan berjalan dengan tangan, tangan dilatih untuk menjadi kuat sebagai tumpuan dalam permainan capoeira. Apakah tangan dipersiapkan untuk mengganti peran dan fungsi kaki? TIDAK, karena itulah keunikan capoeira, yang membedakan dari yang lain. Tapi apa yang bisa kita maknai dari aktifitas ini?

Pertama, menjadikan tangan sebagai tumpuan, berjalan dengan menggunakan tangan menurut pemaknaan saya adalah tidak lebih dari bagaimana tangan ikut merasakan beban yang ditanggung oleh kaki yang berperan menopang badan agar tetap tegak, seimbang, dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Seorang capoeirista yang menyadari hal ini bahwa tidak mudah untuk melakukan gerakan berdiri dan berjalan dengan tangan, maka ia seharusnya dapat bersyukur memiliki kaki yang kuat untuk menopang badannya, untuk kemudian memelihara kesehatan kakinya, mempergunakan kakinya pada hal-hal yang bermanfaat. Jadi kata kuncinya adalah mengajarkan kita untuk BERSYUKUR.

Kedua, tangan yang merupakan anggota tubuh bagian atas disebut juga sebagai atasan, kekuasaan, pengaruh, dan perintah. Sedangkan kaki yang merupakan anggota tubuh bagian bawah disebut juga bawahan, fondasi atau dasar, yang diperintah, yang bermobilisasi, yang tunduk pada kekuasaan tangan. Bagaimana konsep ini berlaku?

Kita hidup dan tinggal dalam sebuah negara yang memiliki struktur kekuasaan, ada pemerintahan yang dikepalai oleh seorang presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, TNI, Kepolisian, dan Lembaga-lembaga negara lainnya serta Perusahaan-perusahaan yang memiliki struktur organisasi yang mempertegas adanya pembagian tugas dan wewenang. Semua lembaga yang saya sebut di atas adalah perwakilan dari TANGAN. Negara juga memiliki komponen lain yang mendasar yaitu rakyat (civilization). Rakyat yang dimaksud di sini adalah mereka yang disebut wong cilik, Para petani yang menghidupi negara ini dengan pertaniannya, para pedagang kecil yang menstabilkan perekonomian lokal dan nasional ditengah gempuran perekonomian negara-negara barat, dan buruh-buruh kecil, karyawan rendahan, yang memajukan perusahaan-perusahaan di negeri ini. Mereka adalah perwakilan dari KAKI.

Seorang Presiden, Wakil Rakyat, Manager Perusahaan, dan para pemegang kekuasaan lainnya yang hanya dengan menggunakan jari telunjuknya, mereka dapat menggerakkan dunia. Tetapi apakah para pemegang kekuasaan ini juga menyadari bahwa jabatan dan kekuasaan yang mereka emban tidak berarti apa-apa tanpa ada komponen paling bawah, rakyat kecil, karyawan, buruh-buruh pabrik, petani, dan lain-lain. Apakah para pejabat negara benar-benar memperhatikan nasib rakyat yang diperintahnya? Apakah para Wakil Rakyat benar-benar menyuarakan suara rakyat yang diwakilinya? Apakah para Manager Perusahaan benar-benar memperhatikan nasib karyawannya? Kita bisa menjawabnya dengan melihat fakta dan data. Korupsi pejabat yang merajalela, nasib rakyak kecil yang tidak diperhatikan, angka kemiskinan yang sangat tinggi, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin, dan banyak fakta lainnya.

Apa yang saya bagikan di sini kepada teman-teman capoeirista adalah barangkali suatu saat, di antara kita ada yang mendapat rejeki diberikan amanah sebagai pimpinan di pemerintahan, menjadi wakil rakyat, manager perusahaan, atau jabatan apapun itu yang memposisikan kita sebagai penentu kebijakan, mengeluarkan perintah, dan bentuk kuasa lainnya, ingatlah filosofi berdiri dan berjalan dengan tangan ini. Jabatan, kekuasaan, adalah sesuatu yang harus disyukuri dan tidak menyalahgunakannya. Saat kita mengambil gerakan handstand dan berjalan dengan tangan, kepala kita dekat dengan tanah, kita melihat kebawah, tangan kita merasakan beban berat badan yang selama ini merupakan pekerjaan kaki. Apa yang kita dapat dari aktifitas ini? Tangan kita menjadi KUAT pastinya.

Saat kita menjadi pengambil kebijakan, mengeluarkan perintah, dan semacamnya, maka kita lihatlah ke bawah, lihatlah mereka yang ada di bawah sana, petani, pedagang kecil, buruh-buruh kecil, tenaga kerja yang dikirim ke luar negeri, para nelayan, dan semua yang anda bawahi, yang padanya anda memberikan perintah, berempatilah, rasakan apa yang mereka rasakan, apa yang menjadi tugas dan tanggunjawab mereka untuk negara dan organisasi yang kita pimpin, karna itulah yang akan memperkuat jabatan kita, kepemimpinan kita, memenangkan hati mereka yang kita pimpin seperti halnya tangan kita menjadi kuat dengan latian berdiri dan berjalan dengan tangan.

Saat kita memiliki kaki yang sehat dan kuat, maka tangan bisa menunjuk kemana saja, kaki akan ikut, tapi kalo kaki itu sakit, tangan gak bisa kemana-mana. Jadi jangan menyakiti mereka yang kita pimpin yang sejatinya mereka adalah yang menguatkan kita. Pernah mendengar pengharagaan yang diberikan kepada Mantan Wapres Kita Pak Jusuf Kalla sebagai The Real Pesident? Itu semua karena kedekatan beliau dengan apa yang dibawahinya, dekat dengan rakyatnya, respon terhadap keluhan rakyatnya. So, apakah kita tidak ingin memberikan penghargaan untuk diri kita sendiri sebagai the real capoeirista?

Kita bisa memulai ini dari lingkup yang sangat kecil, yaitu keluarga. Suami yang menjadi pemimpin untuk keluarganya, membimbing istri dan anak-anaknya, begitupula istri yang merupakan wakil suami mengurus rumah tangga serta suami dan anak-anaknya. Apapun status kita saat ini yang telah memutuskan untuk menjadi seorang capoeirista, kita punya tanggungjawab yang besar karena setiap dari kita adalah pemimpin, baik memimpin diri sendiri maupun orang lain. Ingatlah bahwa kita lahir dari para budak, mereka dihina dan dinistakan, dijajah oleh negara dan pemimpin-pemimpin yang tidak amanah, maka ketika kita diberikan sebuah amanah untuk mempimpin yang lainnya maka ingatlah asal-usul kita, dengan begitu kita akan menjadi orang yang bersyukur.


MENJADI DEKATLAH DENGAN APA YANG KAMU PIMPIN UNTUK MENGUATKAN EKSISTENSIMU.

Sampai ketemu pada notes Capoeira-sebuah filosofi selanjutnya :)


Ie viva meu deus..
Ie Viva meu mestre..
Thanks for all capoeiristas in arround the world
Terimakasih buat para Petinggi Cordao de Ouro Indonesia : Osso, Giro, Encaracolado, dan Cantor
Makasih buat Rangers CDO Semarang : Indio, Chocolove, Mario, dan Edwin
Makasih buat sahabat-sahabat saya di Quantum Motivation Center (QMC) : Pariman Siregar (Penulis buku Master from Minder) & Wahyu Septiarki W (Trainer QMC).

2010-11-05

Memberi---Menerima (Capoeira-Sebuah Filosofi)

"a volta que o mundo deu, a volta que mundo da", sebuah ungkapan dalam bahasa portugis yang bermakna bahwa apa yang aku berikan kepada dunia, maka aku akan menerimanya kembali. Dalam istilah lain ada yang menyebutnya sebagai KARMA: " Sesuai dengan benih yang ditanam, itulah buah yang akan Anda peroleh. Pelaku kebaikan akan mengumpulkan kebaikan. Pelaku keburukan, memperoleh keburukan. Jika Anda menanamkan benih yang baik, maka Anda menikmati buah yang baik."

Ungkapan di atas berlaku berdasarkan hukum sebab-akibat, sebuah hukum alam yang tampaknya sederhana namun bisa dijadikan pedoman dalam berinteraksi, dengan sesama manusia maupun alam tempat kita bernaung. Barangkali saja kita yang saat ini tengah dihadapkan pada berbagai bencana alam, banjir, gunung meletus, tsunami, dll blum menyadari bahwa prinsip ini berlaku, apa yang sedang kita pikirkan? Dalam pedoman hidup saya mengatakan: "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Ar-Ruum (31): 41). Dikatakan bahwa bencana itu adalah sebagian dari balasan atas tangan-tangan manusia yang perusak, maka mereka pun akan menerima kerusakan yang nyata sebagai balasan. Seperti itulah hukum sebab-akibat berlaku dalam kehidupan kita, oleh karena itu dianjurkan untuk kita selalu berhati-hati dalam bertindak, karna apa yang kita berikan maka kita akan mendapatkannya kembali. Hidup itu seperti halnya BERCERMIN.

Cuplikan di atas adalah sedikit pengantar yang ingin saya bagikan kepada teman-teman saya Capoeirista (praktisi capoeira) di mana saja mereka tumbuh dan berkembang. Barangkali masih ada yang belum atau tidak sama sekali tahu ataupun tahu tapi blum benar-benar memahami dan menerapkannya dalam hidupnya sebagai capoeirista bahwa kita tidak hanya berlatih gerakan-gerakan yang memukau itu maupun bernyanyi dan memainkan musik khas capoeira, tetapi kita juga belajar filosofi. Hal ini yang terkadang masih kita lupakan, karena terlalu fokus pada mempelajari gerakan yang macem-macem menjadikan kita lupa mempelajari sisi lainnya dari capoeira. Secara fisikly, pada umumnya kita yang belajar capoeira bisa saja sama kemampuannya, bisa melakukan gerakan yang macem-macem, namun filosofi itu menyentuh jiwa, emosional, dan pola pikir kita yang masing-masing berbeda secara mendasar. Maka dari itu, saya mengajak kepada teman-teman capoeirista meluangkan sedikit waktu untuk memahami bagaimana filosofi capoeira berlaku dalam hidup dan kehidupan kita.

Kembali pada ungkapan di awal: "a volta que o mundo deu, a volta que mundo da", seorang capoeirista harus benar-benar paham dengan ungkapan ini. Dalam suatu permainan capoeira (jogo de capoeira), kita memiliki peluang yang sangat besar untuk menyerang, melukai, menciderai, atau apapun namanya yang mencelakakan pasangan jogo kita (saya lebih suka menyebutnya pasangan daripada lawan). Namanya PERMAINAN sepatutnya yang ada hanyalah ada permainan, walaupun kadang-kadang kita juga saling menguji kemampuan dalam hal melatih refleks dan kewaspadaan pasangan jogo kita. Seorang capoeirista yang bermain di roda dan tidak memahami filosofi di atas, maka kesempatan besar mencelakakan pasangan jogo itu menjadi terealisasi. Dalam setiap permainan ia selalu saja berniat untuk memberikan serangan fisik kepada pasangan bermainnya, mungkin saja ia merasa hebat dan senang klo bisa menjatuhkan sang pasangan jogo.

Sebagai contoh: dua orang capoeirista masuk dalam roda dan bermain capoeira, dan mungkin ada banyak orang (camara) yang menonton. Salah seorang dari jogador dengan sengaja mengarahkan tendangan ke wajah jogador lainnya dan berhasil mendaratkan tendangannya tepat di wajah. Apa yang ada dalam pikiran kita saat itu? Apakah kita masih berpikir ini adalah sebuah permainan? Apakah jogo de capoeira di hadapan kita saat itu bisa dikatakan SEHAT? Apa yang akan anda lakukan jika jogador yang terkena tendangan di wajah itu adalah anda sendiri? Mungkin saat itu juga kita berhenti dari permainan dan sebaiknya memang berhenti karena tidak sehat lagi, atau mungkin permainan dilanjutkan kembali dengan kondisi ego anda tersakiti. Apakah anda yakin anda tidak berniat memberikan tendangan serupa ke wajah jogador ngawur itu?

Kita kembali fokus pada jogador yang mengirim tendangan ke arah wajah tadi. Setelah anda berhasil mendaratkan tendangan ke wajah pasangan jogo, semestinya anda sadar bahwa akan ada konsekuensi yang akan diterima. Jika jogador yang anda ciderai itu adalah seorang beginner, maka ia akan merasa terintimidasi oleh tindakan anda, dan hasilnya barangkali ia tidak ingin lagi bermain dengan anda dalam roda ataupun membangun sebuah hubungan baik dengan anda. Kemudian anda juga harus sadar bahwa di luar sana, capoeirista bukan hanya satu, bukan hanya teman-teman grup anda yang notabene adalah wilayah aman anda, tapi anda akan bertemu dengan berbagai capoeirista dengan karakter masing-masing yang anda tidak pahami. Saat anda mendaratkan tendangan ke wajah jogador lainnya, apakah anda pernah mengira kalo di luar sana ada capoeirista yang melihat tindakanmu dan mereka berpikir bahwa anda adalah jogador yang ngawur dan buruk, dan mereka berharap memiliki kesempatan untuk bermain dengan anda dalam roda untuk sedikit memberikan anda 'pelajaran'?

Mungkin kita sering melihat video/clip capoeira, dalam video itu bagaimana para mestre sering melakukan gerakan 'menyerang fisik' ke pasangan jogonya saat itu. Begitu juga saat melihat jogo de capoeira secara langsung, dan melihat bahwa senior-senior kita yang sudah berpengalaman mendalami capoeira melakukan hal yang sama yaitu menyerang fisik. Hati-hati menerjemahkan apa yang kita liat itu! Kita tidak sedang diajarkan untuk melakukan serangan fisik. Satu hal yang harus kita pahami bahwa mereka (senior-senior yang berpengalaman terutama lagi seorang mestre) sudah tahu apa yang mereka lakukan. Mereka sudah terlatih untuk mengarahkan, mengontrol, dan membuat serangan yang aman. Apa yang mereka lakukan adalah mengajarkan kepada kita tentang kewaspadaan bahwa serangan itu bisa datang kapan saja dari arah dan waktu yang tidak disangka-sangka, kita juga diajarkan untuk melatih refleks, sehingga dengan cepat membuat keputusan untuk melakukan gerakan selanjutnya. Saat seorang mestre atau senior berpengalaman yang menyerang kita dan mungkin serangan itu berhasil diterima oleh bagian manapun badan kita, itu adalah kekeliruan kita sendiri, artinya kita blum cukup awas terhadap serangan yang datang, refleks kita blum terlatih dengan baik, dsb. "Quem nao pode com mandinga, nao carrega patua", jika kamu tidak dapat mengendalikan sihir, maka jangan menggunakan jimat. Dalam bahasa keseharian kita sering menjumpai kalimat seperti ini, jangan bermain api kalo kamu tidak dapat mengendalikannya, api itu akan membakarmu.

Dari contoh di atas, apa yang dapat kita pahami? Hukum sebab-akibat mungkin saja berlaku, saat kita memposisikan diri sebagai penyebab suatu tindakan maka otomatis kita akan berhadapan dengan akibat dari tindakan itu. Jadi perlakukan orang lain seperti halnya kamu ingin diperlakukan, tamparlah wajah kamu sendiri, rasanya bagaimana? sakit? Maka jangan menampar orang lain. Demikian bagaimana cara kita membangun sebuah interaksi yang sehat, saling mendukung dan membangun hubungan yang baik dengan orang lain, dengan alam sekitar kita, dengan orangtua, dengan masyarakat, sesama capoeirista dari berbagai grupo yang berbeda.



Ie viva meu deus..
Ie Viva meu mestre..
Thanks for all capoeiristas in arround the world
Terimakasih buat para Petinggi Cordao de Ouro Indonesia : Osso, Giro, Encaracolado, dan Cantor
Makasih buat Rangers CDO Semarang : Indio, Chocolove, Mario, dan Edwin
Makasih buat sahabat-sahabat saya di Quantum Motivation Center (QMC) : Pariman Siregar (Penulis buku Master from Minder) & Wahyu Septiarki W (Trainer QMC).

2010-10-03

Finding your self : Lets start the new bright day in your life

Seorang pemuda berkata pada dirinya sendiri "Saya ingin merubah dunia", sebuah tujuan yang mulia memenuhi imajinasinya. Seiring bertambahnya waktu tidak tampak perubahan apapun hingga ia menyederhanakan mimpinya dan berkata "saya ingin merubah negeriku". Usia semakin bertambah tidak ada satupun perubahan yang dilakukannya untuk negerinya sehingga ia menyederhanakan lagi mimpinya dan berkata "saya ingin merubah keluargaku, orang-orang terdekatku", namun tetap sama tak ada yang berubah. Saat sakratul maut tiba-tiba ia menyadari bahwa yang seharusnya pertama kali dilakukannya adalah MERUBAH DIRINYA SENDIRI.

Penemuan terdahsyat yang bisa dilakukan oleh semua orang adalah menemukan dirinya sendiri untuk menentukan tujuan hidupnya sendiri. Buang semua setan dalam dirimu, lepaskan segala belenggu penghambat tujuanmu, kosongkan hatimu dan mulailah hari barumu yang cemerlang..